Kisah Nabi Musa Sakit Gigi dan Bukti Kekuasaan Allah

Sakit gigi merupakan penyakit yang cukup merepotkan bagi penderitanya. Pasalnya, selain menyulitkan dalam mengunyah makanan, sakit gigi juga bisa membuat suasana hati menjadi tidak karuan. Mengenai hal ini, ada sebuah kisah menarik yang dialami Nabi Musa ketika bergelut dengan sakit gigi.

Dikisahkan, ketika Nabi Musa mengalami sakit gigi, ia menyampaikan keluhan dan berdoa kepada Allah agar sakit gigi yang dideranya bisa segera sembuh. Seketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk mengobati sakit giginya itu dengan tanaman obat.

“Ambillah rumput itu dan letakkan di gigimu,” perintah Allah kepada Nabi Musa, sebagaimana dikisahkan oleh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nurudh Dholam (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nurudh Dholam, [Kediri: PPA, tt], halaman 11)

Setelah mendapat petunjuk dari Allah, Nabi Musa pun melaksanakan perintah-Nya. Ia memetik tanaman obat dan meletakkan di giginya yang sedang bermasalah. Seketika sakit giginya langsung sembuh berkat wasilah tanaman obat tersebut.

Beberapa waktu kemudian, sakit gigi Nabi Musa kambuh lagi. Jika sebelumnya Nabi Musa mengeluh dan berdoa kepada Allah, kali ini ia langsung memetik tanaman obat dan meletakkan di giginya yang sakit. Nabi Musa melakukan itu tentu karena tahu bahwa sebelumnya tanaman obat ini berkhasiat bisa menyembuhkan sakit gigi.

Ternyata upayanya itu tidak berhasil. Bukannya sembuh, sakit gigi Nabi Musa malah bertambah parah. Dalam keadaan ini, Nabi Musa langsung mengadu dan berdoa kepada Allah.

“Ya Allah bukankah kemarin Engkau memerintahkan dan menunjukkanku dengan tanaman tersebut untuk mengobati sakit gigiku?” ucap Nabi Musa.

Allah kemudian berfirman:

“Ya Musa, Aku adalah Dzat yang memberi kesembuhan, Dzat yang memberikan kesehatan, Dzat yang memberikan bahaya, Dzat yang memberikan manfaat. Pada sakit pertama kamu datang menghadap kepada-Ku maka Aku hilangkan penyakitmu. Kali ini, kamu tidak datang kepada-Ku tapi kamu datang kepada tanaman obat itu.”

Dari kisah ini setidaknya ada 2 hikmah yang bisa dipetik. Pertama, Allah mempunyai sifat Jaiz yang bebas melakukan apapun sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Allah bisa mengangkat dan menurunkan derajat seseorang sesuai kehendak-Nya. Allah juga bisa memberi penyakit dan kesembuhan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.

Kedua, Allah adalah pemilik semua yang ada di langit dan bumi, termasuk kesehatan dan kesembuhan. Untuk itu hal yang mesti dilakukan umat Islam ketika sakit adalah berdoa memohon kesehatan dan kesembuhan kepada Allah. Selanjutnya, tetap melakukan ikhtiar lahir yaitu dengan obat dan aneka pengobatan namun tetap meyakini bahwa hal itu hanya menjadi wasilah atau perantara untuk meraih kesehatan dan kesembuhan. Wallahu a‘lam.

Penulis: Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah, Subang, Jawa Barat.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *